Rabu, 22 Juli 2009

Seni Membangun Jaringan

Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan, kita memerlukan teman, relasi, kolega, mitra atau orang-orang yang dapat mendukung kita baik dalam pengembangan kehidupan pribadi maupun profesional kita. Kualitas kehidupan kita sangat ditentukan oleh kualitas Jaringan (network) orang-orang dalam kehidupan kita. Sehingga penting bagi kita untuk dapat memahami dan menguasai keterampilan membangun dan memelihara Jaringan kehidupan kita untuk mencapai impian-impian kita.

Kunci utama keberhasilan dalam membangun jaringan adalah mengetahui persis jaringan seperti apa yang hendak kita bangun. Kita harus memulainya dengan menemukan maksud atau misi kehidupan kita.Tidak mungkin seseorang memulai suatu usaha dalam hidup ini tanpa mengetahui arah mana yang akan ditujunya. Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa tujuan yang jelas. Berdasarkan survei, 27% dari semua orang di dunia ini sama sekali tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Enam puluh persen (60%) dari mereka mempunyai tujuan yang agak samar-samar, 10% dari mereka mempunyai tujuan yang jelas. Sisanya, 3% dari mereka bahkan menuliskan tujuan mereka. Orang yang menuliskan tujuan hidupnya tersebut sekarang memiliki hidup yang jauh lebih baik, penghasilan ribuan kali lebih besar dari yang lainnya.

Untuk berhasil dalam kehidupan, kita perlu bantuan orang-orang di sekeliling kita. Dengan kata lain, sukses selalu merupakan suatu dari usaha tim. Sayangnya, kita sering melupakan hal ini dan lalai memelihara kontak profesional kita. Kita mengisolasi diri dan terlalu sedikit menghabiskan waktu untuk memelihara persahabatan. Sesungguhnya, semakin jauh kita maju dalam perjalanan menuju sukses, kita akan semakin menyadari bahwa yang membuat kita sukses bukanlah uang, gagasan atau antusiasme semata, melainkan orang lain. Kontak, uang, gagasan, dan antusiasme memang penting dan harus ada, tetapi semua itu tidak cukup kalau kita tidak mempunyai orang yang dapat kita andalkan.
Belajarlah menyukai orang. Siapa pun yang tidak dapat membangun kerja sama dan persahabatan dengan orang lain tidak akan pernah mencapai sukses.


Membangun jaringan adalah suatu seni karena tidak ada rumusan pasti tentang cara membangunnya. Jaringan bukan hanya sekedar kumpulan daftar nama atau urutan abjad dari relasi kita. Kita bisa mengumpamakan jaringan seperti sebuah taman bunga yang penuh dengan aneka jenis tanaman. Keindahan dan kesuburannya tergantung pada kita sendiri sebagai tukang kebun. Sebagai tukan kebun, kita harus merancang landscape-nya dan menentukan komposisi tanaman di dalamnya. Kemudian, kita juga harus memelihara dan merawat setiap tanaman agar tumbuh subur dan berbuah pada masanya dengan penuh kasih dan kepedulian. Beberapa tanaman mungkin perlu disiram, yang lainnya perlu dipupuk, atau sebagian lain perlu dipangkas atau bahkan dicabut agar tidak merusak tanaman lainnya.

Bila kita tidak merawatnya, taman kita menjadi penuh dengan semak belukar. Taman tidak bisa menghasilkan bunga-bunga indah atau buah-buahan segar. Taman tidak berkembang dan tanaman tidak tumbuh dengan subur. Memang seperti itulah jaringan kehidupan yang kita miliki. Jika kita mengembangkan dan merawatnya, suatu saat kita akan menikmati hasilnya pada kehidupan kita selanjutnya.


Hal terpenting lainnya adalah reaching out yang terdiri atas beberapa langkah, seperti:
• Menyapa (dengan senyum, ramah dan tulus) setiap orang yang berada dalam jarak kurang dari 1 meter dengan kita (di bis, kereta api, pesawat udara, atau dalam lift, dan lain-lain)
• Menyebarkan kartu nama ke setiap orang yang baru Anda kenal,
• Hadiri setiap undangan pesta atau pertemuan apa saja (bahkan melayat orang meninggal atau menjenguk orang sakit).
• Berkenalanlah. Hal yang terburuk yang dapat terjadi adalah orang tersebut tidak merespon Anda (dan biasanya ini sangat jarang terjadi). Kalau Anda tulus mengajak berkenalan tanpa bermaksud mencari keuntungan atau seakan memanfaatkan dia, setiap orang akan membalas sapaan tulus yang Anda berikan.
• Prospekting harus dilakukan setiap saat. Kita harus mengulang-ulang proses ini sampai kita mahir dan menjadilan hal tersebut sebagai kebiasaan baru). Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam membangun jaringan. Menurut pengalaman mereka yang sukses, untuk menjadi sukses kita harus bergaul dengan mereka yang sukses. Charles-Albert Poissant dalam bukunya yang berjudul Rahasia Keberhasilan 10 Jutawan Terkemuka Dunia memberikan kesimpulan bahwa untuk menjadi seperti para jutawan terkemuka, kita harus mengembangkan jaringan karena jaringan akan membantu kita menaiki jenjang sukses lebih cepat daripada yang kita bayangkan. Walaupun begitu, kita hendaklah berhati-hati dalam memilih teman, terutama yang ada hubungannya dengan bisnis. Hindarilah orang-orang yang selalu gagal, manipulator (selalu bersiasat dengan manuver yang tidak beres untuk mencari keuntungan sendiri atau menipu), dan orang yang selalu berpikiran picik. Hindarilah mereka yang selalu pesimis dan berpikiran negatif.
Dengan bersekutu dengan orang yang selalu berhasil peluang berhasil kita menjadi jauh lebih besar. Oleh karena itu, kalau kita ingin maju, bergabunglah dengan orang yang berpandangan jauh ke depan (visioner).
Bangunlah kelompok Anda sendiri. Pilihlah orang yang terpercaya, lebih baik teman-teman Anda, terutama orang-orang yang bersikap mental positif. Ini mutlak. Orang yang cepat menyerah kalah akan merugikan seluruh kelompok. Poissant selanjutnya menganjurkan untuk membuat kelompok sebanyak tiga atau empat orang. Suatu kelompok yang menjadi “otak kolektif” Anda. Mereka harus mempunyai cita-cita yang sama (misalnya menjadi kaya).
Adakan pertemuan secara tetap, lebih baik pada waktu-waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Tentukan topik tertentu. Jangan pendam ide-ide Anda. Biarkan imajinasi Anda bekerja. Mungkin Anda akan heran karena banyaknya gagasan yang muncul dalam pertemuan seperti itu. Sesudah curah pendapat (brainstorming), perhalus gagasan Anda. Cobalah analisis semua implikasi, penerapan, dan kemungkinan konkret. Paparkan rencana Anda. Kritik dan saran yang konstruktif dari orang lain akan membantu Anda menimbang segala pro dan kontra.
Pertemuan seperti itu tidak hanya untuk mencari ide-ide semata, tetapi juga digunakan untuk membicarakan kesulitan dan masalah yang Anda jumpai dalam kehidupan Anda. Selain itu bicarakan sebuah buku yang telah Anda baca minggu itu. Bicaralah tentang strategi.
Akhirnya dapat saya sampaikan bahwa untuk mengubah kehidupan kita, kita harus berubah dan membangun jaringan kehidupan lebih baik. Memang, pada awalnya hal ini sulit dan berat karena kita harus keluar dari zona kenyamanan kita terlebih dulu. Tetapi kita harus ingat bahwa kitalah satu-satunya yang dapat mengubah realitas kehidupan kita.

Bagaimana Memelihara Jaringan Kita
Merawat dan memelihara jaringan adalah sama pentingnya dengan membangun atau mengembangkan jaringan. Harvey Mackay menulis sepuluh daftar teratas untuk tetap berhubungan dengan jaringan kita. Kesepuluh daftar tersebut yaitu:

Manfaatkanlah kalender secara kreatif.
1. Ingat peristiwa-peristiwa penting dalam komunitas kita.
2. Amatilah perubahan-perubahan yang terjadi pada pribadi/organisasi /perusahaan pada jaringan kita.
3. Kirimlah telegram, fax, atau e-mail.
4. Kliping peristiwa penting yang terjadi pada jaringan kita.
5. Manfaatkan tempat singgah kita secara konstruktif.
6. Jadilah perantara yang mampu menangani komunikasi di antara pihak yang sedang bertikai.
7. Telepon mereka sewaktu mereka ditimpa kemalangan.
8. Laporkan pada jaringan kita perubahan besar dalam situasi kita.
9. Hadirilah setiap undangan.
Pada dasarnya ada dua cara untuk tetap memelihara dan merawat jaringan kita, yaitu cara proaktif dan cara positif-reaktif. Cara proaktif berarti kita secara rutin dan terus menerus memelihara dan berusaha menghubungi jaringan kita secara kreatif. Sedangkan cara positif-reaktif berarti kita selalu merespon atau menanggapi secara positif dan melakukan kontak kepada jaringan atas berbagai peristiwa penting atau perubahan situasi yang dialami oleh jaringan kita.
Kita bisa menganalogi kedua cara ini dengan teknik memukul bola swing dalam permainan golf. Proaktif mirip ketika kita melakukan backswing dan positif-reaktif mirip ketika kita melakukan forward swing. Forward swing lebih merupakan gerakan lanjutan dari backswing. Jadi, kita harus proaktif terlebih dahulu untuk dapat melakukan positif-reaktif dalam memelihara dan merawat jaringan kita. Kedua cara tersebut harus dilakukan dalam suatu gerakan yang harmonis.
Untuk berhubungan dengan jaringan kita dapat melakukan dengan berbagai cara, seperti pertemuan face to face (one on one), pertemuan kelompok (pesta, event tertentu, dan lain-lain), melalui telepon, telegram, kartu pos, surat, fax, atau e-mail atau bahkan hanya menitip salam melalui jaringan kita yang lain. Gunakan berbagai media atau jaringan kita sendiri untuk senantiasa berhubungan dengan seluruh (atau minimal sebagian besar) jaringan kita.
Kita harus membuat target atau jadwal rutin siapa saja yang harus kita hubungi (meskipun kita tidak mempunyai urusan bisnis tertentu dengan mereka) dan berapa sering kita harus mengontak mereka. Gunakan cara-cara kreatif seperti yang ditulis oleh Harvey Mackay.

Memelihara Jaringan secara Proaktif
Pada dasarnya menjadi tanggung jawab kita untuk selalu memberi perhatian sehingga jaringan kita menyadari bahwa kita masih menjadi relasinya. Kita harus memiliki daftar atau kalender peristiwa penting bagi jaringan kita, seperti hari ulang tahun, ultah pernikahan, atau ultah anaknya, hari-hari besar seperti hari raya keagamaan, dan sebagainya. Cara paling mudah, cepat, dan cukup akrab adalah dengan menggunakan telepon. Buatlah daftar orang-orang yang perlu kita telepon, misalnya minimal 5 orang per hari. Manfaatkan buku telepon secara kreatif.
Hal penting yang harus dijaga dalam cara proaktif adalah seluruh jaringan harus mengetahui setiap perubahan informasi besar yang terjadi pada situasi kita.
Misalnya, pindah alamat, perubahan nomor telepon, perubahan jabatan di kantor, sudah menikah atau belum. Berbagai peristiwa tersebut perlu diketahui oleh jaringan kita sehingga jika kita bertemu dengan mereka suatu saat nanti, mereka merasa nyaman dengan kita.
Cara kreatif lain dalam memelihara jaringan secara proaktif adalah dengan menyiapkan daftar seluruh jaringan yang tinggal di kota yang akan kita kunjungi. Usahakan untuk menghubungi mereka melalui telepon atau menemui mereka jika ada waktu luang.
Kita sering tidak menyadari betapa berharganya memelihara sikap seperti ini sehingga jaringan merasakan adanya perhatian yang tulus dari kita. Sehingga pada saat kita membutuhkan mereka, mereka tidak menganggap bahwa kita hanya menghubungi mereka saat kita membutuhkan mereka saja.

Memelihara Jaringan secara Positif-Reaktif
Intinya adalah kita harus senantiasa mengetahui berbagai peristiwa penting atau perubahan situasi yang dialami oleh jaringan kita. Berbagai informasi penting ini dapat kita peroleh melalui jaringan kita yang lain atau dari yang bersangkutan, dari surat kabar, televisi atau radio (jika jaringan kita pejabat, selebriti, atau public figures lainnya). Amati berbagai peristiwa penting dan perubahan yang terjadi dalam komunitas dalam jaringan kita. Harvey MacKay bahkan menyarankan kita untuk mengkliping setiap peristiwa penting yang terjadi pada jaringan kita.
Kita sebaiknya menunjukkan perhatian kita atas setiap peristiwa penting atau perubahan situasi (baik itu positif atau negatif) yang dihadapi jaringan kita. Salah satu caranya dengan mengirim kartu ucapan selamat, bunga atau parcel, iklan di media massa, telegram, menelpon, atau mengunjungi mereka secara pribadi.
Tunjukkan perhatian bahwa kita peduli dengan peristiwa yang terjadi dalam jaringan kita. Bahkan kita harus siap membantu dengan tulus dan semampu kita dengan memberikan dukungan moril maupun materiil.
Persahabatan sering kali diuji pada saat kesusahan. A friend in need is a friend indeed, demikian kata pepatah Inggris. Jika kita melakukan kebiasaan cara proaktif maupun positif reaktif secara terus menerus, kita akan memiliki sebuah jaringan taman kehidupan yang indah, subur, dan dapat memberi hasil. Seluruh jaringan kita adalah “….seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya …” Mazmur 1:3. Ingat prinsip Stephen Covey – Begin With an End in Mind – Jaringan kitalah yang akan memenuhi iring-iringan pada saat kematian kita nanti dan mereka akan selalu mengenang kita sebagai orang yang peduli kepada orang lain.

Manajemen Prioritas Dakwah Kampus

Dakwah kampus adalah arena yang penuh dengan aktivitas yang dinamis, ditengah-tengah miniatur masyarakat kecil, yaitu masyarakat kampus. Akan ada banyak opsi-opsi yang harus dipilih oleh dakwah kampus dalam menjalankan roda dakwahnya. Oleh karena itu, penting kiranya kita mengkaji mengenai manajemen prioritas.

Kajian mengenai Manajemen Prioritas dalam Dakwah Kampus harus didahului dengan kajian mendalam mengenai Fiqh Prioritas. Jadi, saya menyarankan sebelum membaca tulisan ini, sebaiknya baca dahulu buku Fiqh Prioritas (Fiqh Aulawiyat) yang pernah disusun oleh DR. Yusuf Qardhawi.

Mengenai manajamen prioritas dalam dakwah, ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkupnya, agar jelas sudut pandang kita dan tidak terlalu melebar pembahasannya. Berikut ini adalah ruang lingkupnya.

Aulawiyat (prioritas) yang kita pahami dalam konteks da?wah, bukan memilih antara iman dan kufur, al-haq dengan yang al-bathil, antara halal dengan yang haram, antara yang lurus dengan yang menyimpang, atau antara berda?wah dengan tidak berda?wah. Karena dalam hal ini, sudah jelas bahwa keimanan adalah keharusan, sedangkan kekufuran harus ditolak, sebagaimana pernyataan Laa ilaaha illallah yang menolak semua tuhan-tuhan itu, kecuali Allah SWT. Begitu pula antara al-haq dengan al-bathil, al-haq adalah barisan yang harus kita ikuti, sedangkan al-bathil harus ditinggalkan. Dan seterusnya.

Aulawiyat di sini adalah dalam hal memilih satu atau sebagian dari sejumlah perkara yang halal. Lalu dari perkara-perkara halal tersebut, kita memilih mana yang afdhal dari yang mafdhul, mana yang ?ashlah? dari yang sholih.

Dan yang perlu dipahami lagi, memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian Manajemen Prioritas kita.

Aulawiyat merupakan salah satu prinsip fithrah. Dalam Al Qur'an banyak sekali prinsip-prinsip aulawiyat ini, dimana Allah mendahulukan sesuatu dari sesuatu yang lain. Contohnya adalah firman Allah berikut ini:

?Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.? (QS. Al Kahfi: 46)

Ayat di atas menyiratkan bahwa amalan-amalan shaleh adalah lebih baik untuk diprioritaskan ketimbang perhiasan dunia yang disebutkan sebelumnya. Lalu kita lihat contoh ayat berikut ini:

"...Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)." (QS. Al Ahzab: 6)

Ayat di atas berkaitan dengan hukum waris, dimana orang-orang yang mempunyai hubungan darah adalah orang yang lebih berhak didahulukan dalam hal waris mewarisi.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, berkaitan dengan prioritas dalam hal ibadah:

"Amal yang afdhal adalah yang lebih kontinyu. Dan shodaqoh yang afdhal dikeluarkan saat sedang membutuhkan dan terasa besar pengorbanannya." (Hadits)


Prinsip Prioritas dalam Manajemen Dakwah Kampus

Dalam mengatur jalannya roda dakwah kampus, diperlukan manajemen. Dan dalam manajemen digunakan beberapa prinsip, salah satunya prinsip prioritas untuk memilih beberapa pilihan-pilihan yang berkaitan dengan strategi dakwah kampus secara umum

Di antara pilihan-pilihan itu, lihatlah mana yang lebih kuat korelasinya dengan mempertahankan prinsip dan pilihan mana yang lebih merefleksikan prioritas syar?iyah. Lalu kita juga musti lihat, di antara pilihan-pilihan itu mana yang mempunyai perspektif idiologis, mana yang hanya politis, mana yang teknis, dan mana yang pragmatis. Dalam hal mencapai tujuan dakwah kampus, kita juga harus lihat jangkauan manfaat yang mungkin dicapai dari pilihan-pilihan itu, mana yang lebih luas manfaatnya. Lalu lihat juga mana yang lebih didukung oleh ketersediaan informasi sehingga kita bisa ?well informed? dan ?sound-perception? (tassawur yang tepat). Perlu juga dipertimbangkan mana yang lebih didukung dengan kemampuan atau kafaah untuk komitmen dan konsisten dalam opsi yang dipilih. Dan yang paling penting, pilihan mana yang lebih sesuai dengan tabiat marhalah perjuangan dan kerja da?wah.

Sebagai gambaran, dalam dakwah kampus ada tiga arena yang dilakoni oleh struktur dakwah kampus, yaitu arena da'awi, arena siyasi, dan akademik/profesi. Ketiga arena tersebut merupakan peran dan fungsi mahasiswa. Kalau dilihat dari sudut pandang individu, seorang aktivis dakwah kampus harus tawazun antara peran da'awi, peran siyasi, dan peran akademik tersebut. Artinya, seorang aktivis dakwah kampus, sejatinya harus memiliki kemampuan dakwah dan tarbiyah, kemampuan mengusung perubahan di tengah-tengah masyarakat (khususnya masyarakat kampus), tanpa mengurangi prestasi akademik. Bahkan kalau perlu justru meningkatkan prestasi akademik, karena sejatinya dakwah itu adalah teladan.

Tapi secara kelembagaan, sebuah struktur dakwah kampus ada tahapan yang harus dilalui dalam menyeimbangkan ketiga hal tersebut.

Tahapan pertama yang harus dilalui adalah penetrasi dalam peran da'awi, artinya kaderisasi dan pembinaan sangat ditekankan pada sebuah struktur dakwah kampus yang baru berdiri. Rekrutmen-rekrutmen lebih banyak dilakukan dengan dakwah fardhiyah. Pada tahap ini, dakwah kampus juga harus berupaya memunculkan simpatisan yang loyal terhadap personil aktivitas dakwah kampus. Fungsi mahasiswa yang lebih diutamakan adalah fungsi da'awi, artinya mencetak kader-kader robbani yang muntijah sangat prioritaskan di tahap ini. Sedangkan aktivitas dakwah yang lebih diutamakan adalah aktivitas pelayanan dan aktivitas da'awi.

Jika sudah matang, maka dakwah kampus baru bisa beranjak kepada tahap selanjutnya. Untuk membahas mengenai hal ini, perlu kajian tersendiri. Pada intinya, ada tahapan yang harus ditempuh untuk menuju dakwah kampus yang matang. Dan itu tidak terlepas dari prinsip manajemen prioritas. Tahapan-tahapan tersebut harus dipegang teguh oleh aktivis dakwah kampus dan lembaganya dalam menjalankan roda dakwah di kampus.


Prinsip Prioritas dalam Aktivitas Sehari-hari di Dakwah Kampus

Dalam aktivitas sehari-hari di kampus, akan ada banyak alternatif yang terpampang di depan mata kita, yang harus dipilih dan diutamakan salah satu diantaranya.

Sebagai gambaran, misalnya dalam hal pengelolaan isu-isu, baik itu isu di kampus maupun eksternal kampus. Dakwah kampus harus mampu memilih isu mana yang harus diprioritaskan. Selain itu dalam hal program kerja, biasanya ada program kerja yang harus didahulukan dari program kerja lainnya. Hal ini berkaitan dengan pengendalian dan pengotrolan program kerja. Dalam menetapkan program kerja juga harus dipikirkan mengenai porsi-porsinya, porsi mana yang harus diperbesar antara tabligh, ta'lim ataukah takwin/tarbiyah.


Kendala-kendala

Penerapan prinsip aulawiyat bukan tanpa kendala. Ada beberapa kendala yang menyebabkan manajemen prioritas ini menjadi kacau balau. Kendala-kendala tersebut antara lain adanya penyakit diri, misalnya hawa nafsu yang diperturutkan, adanya urusan duniawi yang mendominasi, atau tidak mau mengeluarkan biaya. Kondisi kultural setempat kadangkala juga mempengaruhi hal ini. Selain itu juga disebabkan adanya konspirasi eskternal yang menginginkan agar cahaya dakwah ini padam.

Demikianlah kajian singkat mengenai manajemen prioritas dalam dakwah kampus. Semoga dapat memberikan pencerahan agar dakwah kampus dapat berjalan dengan baik.[]