Rabu, 11 November 2009

Peran Mahasiswa Tanggap Bencana

Diterbitkan di Rubrik Kampus Koran Suara Merdeka

Edisi 17 Oktober 2009


MAHASISWA sering dilabeli dengan ikon sebagai agent social of change, agen perubahan sosial di masyarakat. Betulkan itu?

Sekarang pertanyaanya adalah, seberapa jauhkah dapat menjalankan keseimbangan antara peran akademis dan peran sosial di lapangan (baca: masyarakat) ?

Melihat realita saat ini, peran mahasiswa dalam masyarakat mestinya tak harus menunggu setelah lulus.

Melalui beberapa kegiatan sosial masyarakat pun, seperti bakti sosial di sebuah organisasi intrakampus maupun ekstrakampus, peran mahasiswa tetap dapat diaktualisasikan secara baik dan berkesan di masyarakat.

Peran mahsasiswa pada situasi lain juga dapat ditunjukkan dengan aksi peduli terhadapa korban bencana yang terjadi di Tanah Air.

Bencana alam yang terjadi di negeri ini tak semestinya hanya diperhatikan oleh segelintir orang saja. Beberapa pihak lainnya, termasuk kalangan mahasiswa, juga harus menunjukkan kepedulian dan memberikan uluran tangannya bagi para korban bencana.
Menjadi Relawan Beberapa kampus telah menggerakkan para mahasiswanya untuk berkiprah langsung di daerah bencana, misalnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

UGM mengutus 40 mahasiswa untuk melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan tema Peduli Bencana di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Ide cemerlang ini layak diapresiasi dan dijadikan percontohan bagi mahasiswa dan pengelola kampus lainnya di Indonesia.

Menurut Ketua Tim Disaster Early Response Unit (DERU) UGM Yogyakarta, Joko Prastowo, para mahasiswa akan belajar dan berkiprah sebagai relawan di lokasi bencana selama satu bulan.

”Mereka aktif melakukan berbagai kegiatan tanggap darurat bencana, seperti membantu menyelamatkan korban, harta benda, melakukan evakuasi dan pengungsian. Selain itu, memberi bantuan psikologis agar masyarakat cepat bangkit dari penderitaan dan keterpurukan hidup akibat gempa,” kata Joko.

Contoh di atas tentunya menjadi catatan yang patut ditiru dan diaktualisasikan oleh civitas akademika di kampus lain. Dari hal itu, tampak jelas bahwa peran aktif mahasiswa dalam bidang sosial kemasyarakatan terbukti dan tidak harus menunggu setelah proses studi selesai.

Andaikan kepedulian sebagai ujud simpati dan empati terhadap para koraban bencana di tanah air ini bisa diaktualisasikan oleh semua pihak, lebih-lebih ditanamkan dalam program studi di kampus masing-masing, tentu ada apresiasi tersendiri bangsa kita dalam mewujudkan nilai-nilai sosial, sebagaimana esensi dari tujuan pendidikan nasional.

(Agus Koribul Akhwan, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang-32)