BANTUL, KAMIS - Para pelaku usaha di Bantul tidak terlalu yakin penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak positif bagi usaha. Alasannya biaya produksi telanjur membengkak dan sulit untuk diturunkan kembali, meski harga BBM turun.
"Saya tidak yakin penurunan harga BBM itu akan turut menurunkan harga bahan baku yang kami gunakan, seperti kayu dan lem. Apalagi dalam sejarah harga bahan baku tak pernah turun," kata Rustriyono, salah seorang perajin patung primitif di Dusun Pucung, Pendowoharjo, Sewon, Kamis (30/10).
Menurut Rustriyono, bila pemerintah serius ingin membantu kalangan pengusaha kecil seharusnya penurunan harga BBM, diikuti dengan kebijakan lain yang berdampak positif bagi dunia usaha. "Dampak kenaikan harga BBM sudah sangat membuat usaha kami terpuruk. Kalau sekarang harganya mau diturunkan seharusnya dibarengi dengan kebijakan produktif lainnya," katanya.
Perajin meminta pemerintah untuk menjaga kestabilan harga BBM karena selama ini selalu menjadi patokan. "Kalau harganya naik turun, dunia usaha menghadapi ketidakpastian. Hal itu sangat membahayakan kelangsungan kami," tambahnya.
Hal senada juga diungkapan perajin gerabah di Desa Panjangrejo, Pundong, Syamsul Arifin. Menurutnya, komponen yang mungkin bisa turun setelah harga BBM turun adalah biaya transportasi. Untuk komponen lain seperti upah tenaga kerja dan harga bahan baku tidak mungkin turun.
"Biaya transportasi lewat kargo mungkin bisa turun, tetapi untuk yang lain sangat susah. Makanya kami berharap pemerintah bisa menciptakan iklim yang kondusif agar pesanan melimpah sehingga biaya operasional bisa tertutupi," katanya.
Meski penurunan biaya produksi akibat diturunkannya harga BBM tidak terlalu besar, para perajin tetap berharap pemerintah segera merealisasikan rencana tersebut.
Eny Prihtiyani